Sebaneka

Batu Limau

Batu Limau adalah berupa tumpukan batu-batu granit, yang terletak di Pulau Ungar Kecamatan Kundur Kepulauan Riau. Di Pulau Ungar ini pula terletak Desa Alai. Pulau Ungar pada zaman kerajaan Riau Lingga dulu disebut dengan Ungaran. Pulau Ungar termasuk daerah kekuasan raja melayu waktu itu. Menurut cerita dari mulut ke mulut di sini pernah ada anak dare yang dijadikan selir raja Riau waktu itu.
    Luas Pulau Ungar lebih kurang 2.246 km2 dan penduduk 10.000 jiwa ini juga punya andil yang tidak sedikit dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Kesanggupan masyarakat di Alai yang mayoritas suku melayu ini sudah tertulis dalam buku Sejarah Riau, di mana di negeri kecil ini pernah tumpah dua darah pahlawan, yaitu Abdul Manaf dan Abdul Latif.

    Desa Alai terletak di depan Ibukota Kecamatan Kundur, Tanjungbatu. Untuk menuju ke desa ini dapat digunakan kendaraan laut sampan, speed boat, dan sejenisnya dalam waktu lima menit dengan ongkos yang cukup murah.
    Batu limau terletak di sebelah Barat. Berjarak kira-kira 4 km dari Desa Alai, dan 10 km dari ibu kota kecamatan. Daerah batu limau ini menempati sekitar 200 km2 di atas tanah yang bercampur pasir dan lumpur. Jalan masuk, sekitar 100 meter masih jalan setapak yang berlumpur dan berbusut serta di sekitarnya terdapat pohon-pohon kelapa dan semak.
    Di lokasi ini memang kurang bersih dan berbau anyir, karena sejak 30 tahun lalu dijadikan tempat pelabuhan tidak resmi dan tempat perbaikan perlengkapan nelayan ikan. Selain mereka membuat pondok, juga batu-batuan di sekitarnya juga mereka gunakan untuk menjemur jaring dan ikan serta tempat istirahat.
    Karena pengunjung sudah mulai selalu (rutin), terutama hari libur, seperti hari minggu dan hari raya, maka di sekitar daerah ini telah berdiri sebuah warung dan bila pengunjung ramai maka berdiri pula beberapa warung kaget (musiman) yang cukup membantu.
    Sekarang, untuk menuju ke Batu Limau tidak perlu jalan kaki dari pelabuhan Alai dapat naik ojek (honda bonjengan) -- yang  sejak dua tiga tahun terakhir ini telah beroperasi terus, dan biayanya sangat murah, dan dapat diguna siang dan malam.***
Mengpa Batu Kemaluan?

    Batu memang terdapat di mana-mana, tapi batu di Desa Alai Kecamatan Kundur ini agak lain, karena sebagian besar bentuknya menyurupai benda-benda hidup, termasuk sebagian tubuh manusia.
    Sambil lalu memang sulit dilihat, tapi kalau ditenung-tenung maka akan tampak. Misalnya, ada batu mirip buah limau (jeruk), kapal, lesung (cobek), periuk, gambus, kasur, dan yang selalu menarik perhatian adalah kemaluan laki-laki dan perempuan.
Batu kemaluan pria panjangnya sekitar delapan meter dengan garis tengah satu meter. Dilengkapi dengan dua buah zakar. Posisinya menghadap ke laut (air), dan bila air pasang besar sebagian depannya akan tenggelam.
    Menurut cerita penduduk setempat, kondisi batu itu berubah -- bertambah besar dan tua. Malahan sudah ada bagian yang retak dan mengekupas. Ada bagian takuknya yang pecah -- bekas pukulan barang keras. Menurut saksi mata, Mat Ali, sobekan itu dilakukan oleh seorang bangsa Tionghua (orang Cina) yang menggunakan serpihan itu sebagai obat kuat. Caranya, direndam dan, lalu diminum seperti obat 3 x 1 sehari.
    Lain ceritanya dengan kemaluan (variga) perempuan. Posisinya bertolak belakang dengan kemaluan pria -- menghadap ke darat -- di bawah sebuah pohon besar. Posisinya benar-benar terlindung -- sulit terlihat. Apalagi kalau air pasang besar. Soalnya, untuk melihatnya secara jelas -- terpaksa turun ke tanah yang bercampur lumpur.
    Batu vagina hanya tergambar sebagian kecil, berupa alur selebar 30 cm dan panjang tiga meter. Posisi vagina yang agak terlindung -- mengakibatkan ada sebagian masyakarat yang tidak pernah melihatnya walaupun telah beberapa kali ke kompleks itu. Apalagi ada anggapan bahwa batu vagina itu telah ditutup (disemen) -- yaitu terdapat berdekatan dengan batu kemaluan pria -- tapi hal ini tidak benar. Bila hari hujan -- sewaktu air yang turun dari atas melewati alur vagina, kelihatannya seperti sedang buang air kecil.Batu yang disemen itu adalah batu biasa -- yang dibuat sebagai meja untuk makan minum dan main domino -- waktunya telah lama sekali, yaitu kira-kira tahun 60-an.
    Sampai dengan awal tahun 1990, masih berkembang bahwa kompleks batu lima ini selalu mengundang ketakutan (angker). Katanya, ada wanita yang meninggal gara-gara barangnya yang tertinggal diambilnya kembali. Sementara itu ada semacam larangan tak langsung -- tidak bleh memotret batu kemaluan. Kalau pun berani, hasilnya film akan terbakar. Hal ini masih banyak yang percaya. Tak usahkan memotret -- mendekatinya saja ada yang takut. 
    Orang yang tidak tahu persis lokasi batu sering membuat lucu, terutama wanita, kadang-kadang mereka berjalan di atasnya. Apalagi wanita muda, yang banyak mengunjungi daerah ini di hari libur. Kadang-kadang mereka beramai-ramai makan di atas batu itu. ***
Mengapa nama Batu Limau?
Keberadaan kompleks ini memang telah lama menarik perhatian. Publikasinya telah dilakukan berulang-ulang, baik pada tingkat daerah dan nasional, melalui media koran dan majalah. Namun belum juga ada pihak yang berminat melakukan penelitian ilmiah.
    Kompleks batu-batu aneh ini, oleh masyarakat dinamakan dengan batu limau -- yang diambil dari dua sebab.
    Pertama karena terdapat batu mirip limau (jeruk), dan kedua dulunya ada pohon limau yang tumbuh di atas batu, dan berbuah. Tapi karena tangan-tangan jahil, pohon itu mati. Namun beberapa pohon limau lain masih banyak terdapat disekitar komplek itu, tidak tumbuh pas di batu lagi.
    Belum ada sumber resmi yang dapat menyingkap secara pas keberadaan yang sebenarnya kompleks batu-batu ini. Masyarakat yang paling tua sekalipun di daerah ini hampir tidak tahu manahu tentang asal muasal batu-batu ini. Cuma mereka berkepastian, batu-batuan ini sudah ada sejak dulunya.
    Kompleks batu limau ini memang kecil, karena itu mungkin belum dapat dijadikan objek penting oleh Dinas Priwisata Tingkat I Riau, ia baru hanya tercatat ada pada urutan 197.
    Karena secara tidak terencana tempat ini memang sudah sering dikunjungi masyarakat untuk tempat rekreasi, walau hanya terbatas kepada masyarakat setempat. Artinya belum dikenal secara luas.
    Di atas sebuah batu ada tanda bahwa di dasar tanah daerah ini terdapat tambang timah, yang kalau dieksploitasi pasti akan merusak daerah batu-batuan ini.
    Kita mengharap, daerah batu-batuan ini akan terselamat, karena keberadaan batu yuang aneh yang masih misteri itu pasti 
Dongeng Batu Limau

Menurut beberapa orang tua yang berhasil ditemui di daerah itu, setidak-tidaknya ada dua dongeng yang menceritakan riwayat batu limau itu. Pertama, katanya terjadi karena anak (putri) raja yang melanggar pantang, tidak boleh kawin dengan orang sembarangan. Tapi karena cinta, raja akhirnyua merestui juga. yang terjadi adalah bencana. Ketika berlangsungnya pernikahan, turun angin ribut, dan sebagian besar perlengkapan perkawinan dan termasuk kelamin kedua pengantin menjadi batu.
    Dongeng yang kedua menceritakan, batu-batuan itu terjadi karena keserakahan dua orang anak terhadap harta yang ditinggalkan oleh orang tuanya, berupa sebuah kapal yang berisikan berbagai kekayaan. Kedua anak itu memotong perahu menjadi dua, dan timbullah laknat tuhan. Satu bagian perahu menjadi batu, bagian yang lain hancur, dan sebagiannya menjadi batu-batuan kecil dengan berbagai bentuk.***
 
Make a Free Website with Yola.